Jumpa lagi dengan Anda para Aggies! Ada kabar baru lagi dari dunia pertanian tercinta. Telah dikorelasikan sebuah rumus dari ilmu fisika ke dalam konteks pertanian. Rumus yang saya maksud yaitu rumus tentang gaya gravitasi(F) berikut:
A Green Pathway to Create An Eco-Farming
Pertanian adalah proses menghasilkan bahan pangan, ternak, serta produk-produk agroindustri dengan cara memanfaatkan sumber daya tumbuhan dan hewan. Pemanfaatan sumber daya ini terutama berarti budi daya (bahasa Inggris: cultivation, atau untuk ternak: raising). Namun demikian, pada sejumlah kasus — yang sering dianggap bagian dari pertanian — dapat berarti ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan (bukan agroforestri).
Usaha pertanian memiliki dua ciri penting: (1) selalu melibatkan barang dalam volume besar dan (2) proses produksi memiliki risiko yang relatif tinggi. Dua ciri khas ini muncul karena pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalam proses produksi. Beberapa bentuk pertanian modern (misalnya budidaya alga, hidroponika) telah dapat mengurangkan ciri-ciri ini tetapi sebagian besar usaha pertanian dunia masih tetap demikian.
Terkait dengan pertanian, usaha tani (farming) adalah sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam budi daya (tumbuhan maupun hewan). Petani adalah sebutan bagi mereka yang menyelenggarakan usaha tani, sebagai contoh "petani tembakau" atau "petani ikan". Khusus untuk pembudidaya hewan ternak (livestock) disebut sebagai peternak. Ilmuwan serta pihak-pihak lain yang terlibat dalam perbaikan metode pertanian dan aplikasinya juga dianggap terlibat dalam pertanian.
Bagian terbesar penduduk dunia bermata pencaharian dalam bidang-bidang di lingkup pertanian, namun pertanian hanya menyumbang 4% dari PDB dunia. Berdasarkan data BPS tahun 2002, bidang pertanian di Indonesia menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 44,3% penduduk meskipun hanya menyumbang sekitar 17,3% dari total pendapatan domestik bruto.
Padahal banyak sekali fungsi pada ponsel yang bisa digunakan untuk pekerjaan. Misalnya pada pertanian. Ini berdasarkan pengalamanku sendiri di lapangan. Ternyata penggunaan teknologi informasi ini bisa sangat mendukung usaha pertanian, baik produksi maupun perdagangan komoditas pertanian.
Contoh pertama adalah Kelompok Tani Muda Mandiri di Desa Pancasari, Kabupaten Buleleng, Bali. Anak-anak muda di sini bisa sukses bertani ya karena internet. Mereka mendapat bantuan komputer dan internet dari Microsoft. Lalu, teknologi itu dipakai untuk mencari referensi tentang praktik pertanian organik. Mereka pun berubah dari semula praktik pertanian dengan asupan bahan kimia tinggi ke pertanian organik.
Hasilnya, produk pertanian mereka berlimpah dan lebih sehat. Karena organik, harganya pun lebih mahal. Produk mereka seperti tomat, paprika, dan sawi kini dijual ke perusahaan jasa catering untuk penerbangan di Bali. Berkat internet, omzet pendapatan mereka kini bisa sampai puluhan juta per bulan.
Ini bukan hal yang mustahil untuk diterapkan di tempat lain. Kalau komputer dan koneksi internet masih mahal, ponsel mungkin bisa jadi jawaban. Soalnya, ponsel toh sekarang bisa juga untuk mengakses internet. Harganya juga relatif terjangkau. Jadi, petani kok rasanya juga tidak terlalu susah menggunakan teknologi hasil perkawinan sah antara ponsel sama intenet ini. Dengan mengakses internet lewat ponsel, petani bisa belajar dari pengalaman petani di tempat lain untuk meningkatkan produksi pertanian.
(sumber:www.rumahtulisan.com)
Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara bukanlah kebetulan menjadi lokasi pengembangan teknologi pertanian, karena kecamatan ini menjadi sentra produksi pangan bagi Propinsi Kalimantan Timur dan terkenal dengan RPU (Rice Processing Unit) Kutai Kartanegara, yakni pusat penggilingan padi skala besar yang mampu menghasilkan 5 ton beras per jam.
Mentan, sebagaimana kabar dari www.kaltimpost.web.id, disambut Pj Bupati Kukar H. Sjachruddin bersama sejumlah pejabat meninjau lokasi implementasi internet dalam membangun pertanian yang sukses.
Mentan pada kesempatan tersebut berkata, "Saya melihat pertanian di Kukar ini sangat bagus, dan ini harus dikembangkan. Apalagi dengan adanya Balai Penyuluh Pertanian (BPP), setidaknya akan memberikan informasi seputar pertanian kepada masyarakat.” Tentu saja untuk memperoleh informasi tidak hanya dari bacaan yang tersedia tetapi juga mencari informasi melalui internet.
Mentan berpesan, Teknologi pertanian semacam ini akan membangkitkan minat generasi muda untuk bertani dan sukses dengan pelibatan teknologi internet. Pertanian dengan pelibatan internet harus terus dikembangkan untuk menghasilkan kualitas pertanian yang baik dan berkualitas.
Sumber:Martin Simamora ( martin@wartaegov.com Alamat e-mail ini diproteksi dari spabot, silahkan aktifkan Javascript untuk melihatnya )